Indonesia adalah bangsa yang majemuk, terdiri dari berbagai suku, ras, agama dan corak lokal kebudayaan. Sebagai Negara yang plural, Indonesia juga dikenal sebagai negara yang memiliki jumlah penduduk terbanyak di dunia terbukti dengan beradanya di posisi nomor 4 menurut data The Spectator Index terkait 20 negara dengan penduduk terbanyak di dunia. Penduduk yang banyak menjadi sebuah investasi sumber daya manusia atau justru menjadi momok, itulah yang menjadi pertanyaan kontemporer saat ini. Potensi masyarakat yang banyak sejatinya tidak boleh terlepas dari humanisasi, Dalam pandangan Y.B. Mangunwijaya ada dua sikap dalam menghadapi humanisme yakni sikap optimistis dan sikap pesimistis. Sikap optimisme mislnya dicerminkan oleh kelompok forum 2001 sejak runtuhnya tembok berlin 1998 yang pada saat itu dirintis oleh Fons Elders (Humanism Toward the Third Millenium,1993) dan melahirkan gagasan harapan baru yang bercorak terbuka dan toleran. Dilain pihak sikap pesimistis seperti digambarkan oleh Francis Fukuyama dalam The End of Hstory and the last man (1992 yang kemudian menginisuasikan bahwa tidak adanya lagi harapan pada prospek kemanusiaan. Lantas sikap mana yang seharusnya di ambil sebagai salah satu langkah untuk meneropong masa depan masayarakat, bangsa dan Negara, tentu sikap optimis yang menjadi tumpuan bangunan bangsa yang besar dan kaya ini. Sehingga dengan adanya penduduk banyak yang berorientasi pada paradigma optimisme akan memunculkan berbagai potensi masyarakat seperti ungkapan semakin banyak kuantitas akan memunculkan kualitas yang lebih banyak. Demikian pula dalam pandangan Islam tidak hanya mengatur kesalehan ritual semata tetapi juga pada aras kesalehan humanitas sosial. Persoalan humanitas sosial di Indonesia tidak terlepas dari konteks keislaman, hal itu dikarenakan Islam menjadi agama mayoritas bagi masyarakat termasuk pandangan Muhammadiyah yang merupakan salah satu organisasi keislaman terbesar di Indonesia. Muhammadiyah memandang gerakan humanitas sosial harus dapat menjadi paradigma baru untuk mempertajam surah Al-ma’un. Islam itu bukan hanya agama yang bersifat keimanan tetapi juga tidak kalah pentingnya agama yang bersifat dinul amal, agama yang melahirkan perbutan-perbuatan yang membawa kearah kemaslahatan untuk orang banyak, menurut Haidar Nashir yang merupakan ketua umum Muhammadiyah. Tidak hanya stagnan pada persoalan paradigma humanisasi, perubahan mentalitas pemerintahan dan penggerak juga menjadi bagian dari hal yang bersifat urgensial demi kemajuan peradaban masyarakat.
Di Indonesia, revolusi mental pernah dicetuskan oleh Ir. Soekarno, revolusi mental hadir saat itu agar NKRI menjadi Negara yang berdaulat salah satunya di aspek humanitas sosial budaya. Tidak hanya Ir. Soekarno, presiden Joko Widodo juga menyerukan revolusi mental yang dimaksudkan untuk menyosong NKRI yang berdaulat dan berkarakter. Revolusi berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi kelima memiliki arti perubahan yang cukup mendasar dalam suatu bidang, sedangkan menurut seorang filsuf yunani aristoteles, terminologi revolusi terbagi menjadi dua macam yakni pertama perubahan total dari sistem ke sistem yang berbeda dan kedua modifikasi sistem yang sudah ada. Mental adalah kata lain dari pikiran, mentalitas merupakan aktivitas jiwa (batin) atau konsep pemikiran manusia untuk belajar dan merespon suatu hal yang dipengaruhi oleh sistem sosial maupun lingkungan sehingga mempengaruhi pola pikir. Jika dari arti kata yang telah diuraikan dapat di maknai bahwasanya Revolusi Mental merupakan konsep perubahan yang cukup mendasar melalui olah pikir untuk merespon, bertindak dan berkinerja dalam membuahkan praksis perubahan. Selain spirit pemerintah dalam menjawab persoalan masyarakat, mentalitas penggerak harus ikut serta andil dalam menuntaskan persoalan sosial yang dilakukan oleh berbagai unit penggerak sebagai contoh organisasi. Mentalitas organisasi yang berasal dari komponen masyarakat dan untuk masyarakat harus bisa menjadi kaum Raushan Fikr (Pemikir yang Tercerahkan) terutama bagi organisasi mahasiswa yang merupakan salah satu tonggak untuk mewujudkan Indonesia berkemajuan khususnya dalam bidang sosial pemberdayaan. Menurut Ali Syari’ati cara berpikir kaum Rushan Fikr berbeda dengan kelas sosial lain misalnya ilmuwan. Ilmuwan menemukan kenyataan dan fakta apa adanya namun seorang Raushan Fikr menemukan kebenaran dan penilaian untuk menjadi bagian dari elemen yang bertanggung jawab secara sadar dalam menuntaskan pesoalan kondisi sosial salah satunya melalui pemberdayaan masyarakat. Konsepsi tatanan sosial melalui pemberdayaan masyarakat yang efektif menjadi bagian dari tuntutan kontrol sosial sebagai langkah pemecahan masalah secara kolektif. Degradasi humanisasi sempat terdengar kencang dikancah nasional sampai ke daerah karena semata-mata terdapat berbagai unit penggerak yang mengalami degradasi praksis sehingga memunculkan dehumanisasi atau lebih ekplisitnya berwajah humanisasi berisi dehumanisasi. Lebih buruknya lagi mungkin ada beberapa unit penggerak yang kemudian berfikir pada money oriented sehingga beralasan ingin mewujudkan tatanan sosial masyarakat yang ideal namun pada kenyataanya justru praksis gerakanya tidaklah tulus pada pencapaian tujuanya.
Kondisi seperti itu memang hanya bisa di antisipatif dengan adanya kesadaran bersama bahwa masyarakat bukanlah lokus yang menjadi objek untuk dimanipulasi dengan ketidakbaikan. Progresifitas pemerintahan dan unit-unit penggerak seperti organisasi merupakan sebagai kesahihan yang self-evident menjadi langkah ekspresi dalam mewujudkan tatanan sosial melalui pemberdayaan yang lebih efektif . Misalnya di Malang, yang merupakan salah satu kota besar di wilayah nusantara tepatnya terletak di provinsi Jawa Timur. Kota Malang memiliki luas 145,28 kilometer persegi (km2) dengan penduduk sekitar berjumlah 895.387. Kaya dengan corak kebudayaanya serta dikenal pula dengan sebutan kota pendidikan karena memiliki lembaga pendidikan formal yang merata serta perguruan tinggi. Lembaga pendidikan memang menjadi salah satu pondasi tatanan sosial yang baik namun apakah kemudian pendidikan formal sudah cukup bahkan mampu menyelesaikan berbagai persoalan kemasyarakatan jika mengambil sudut pandang pendidikan. Dalam teori pendidikan menurut Dr. Dewey pendidikan tidak lain merupakan suatu proses pengalaman karena kehidupan adalah pertumbuhan tanpa dibatasi oleh usia yang bertujuan untuk penyesuaian pada setiap fase dan menambah kecakapan dalam perkembangan seseorang. Sedangkan dari sudut pandang general pendidikan dapat di terjemahkan sebagai proses yang tidak hanya berkutat pada keformalan namun menjadi cahaya dalam setiap tindak tanduk masyarakat dalam kehidupan yang dilaluinya, singkatnya tujuan utama pendidikan jika dianalogikan mengubah kegelapan menjadi sebuah cahaya, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak sadar menjadi sadar dan perumpamaan lainya. Pondasi fundamental suatu Negara tiada lain adalah pendidikan, namun pendidikan yang dimaksud bukanlah hanya pendidikan formal bahkan sering dilupakanya pendidikan non-formal dan informal padahal jika ditelisik lebih dalam pendidikan non-formal dan informal bisa menjadi pelengkap selain melalui proses di pendidikan formal. Dalam undang-undang No.20 tahun 2003 pasal 13 ayat 1 dinyatakan bahwa jalur pendidikan terdiri dari pendidikan formal, non formal dan informal. Pendidikan formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah-sekolah pada umumnya, pendidikan non formal merupakan jalur pendidikan diluar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang sedangkan pendidikan informal merupakan jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. Pada pendidikan non-formal dan informal itulah kebiasaan seseorang dalam masyarakat dapat secara efektif dipengaruhi untuk membawa perubahan yang baik, misalnya pada pendidikan informal keluarga sebagai tempat pendidikan pertama dalam kehidupan suatu insan. Konsep pendidikan menurut Islam berlangsung sepanjang kehidupan dengan demikian tujuan pendidikan pada dasarnya sejajar dengan tujuan hidup manusia dan peranannya sebagai makhluk ciptaan Allah Azza wa Jalla serta sebagai khalifah dimuka bumi, sebagaimana diungkapkan oleh para tokoh bahwa segala usaha untuk menjadikan manusia dalam masyarakat menjadi abid melalui pembelajaran/ pendidikan merupakan salah satu tatanan sosial kemasyarakatan yang dapat membawa kemaslahatan secara kolektif.
Dengan memaksimalkan aspek pendidikan yang tepat bisa memunculkan tonggak penerus bangsa yang berkemajuan seperti halnya memunculkan guru yang baik, dokter yang baik, dan pemimpin yang baik bahkan masyarakat yang baik atas kesadaran nilai-nilai keidealan dalam reposisi kemasyarakatan. Di setiap daerah sekelas dengan kota yang memiliki sebutan kota pendidikan sejatinya tetap membutuhkan pendidikan khusus non formal ataupun informal. Bagaimana tidak masih dijumpai faktor keasadaran yang harus lebih ditumbuhkembangkan sehingga terciptanya masyarakat yang memiliki kesadaran atas peningkatan skills dan pentingnya memiliki moralitas yang baik. Salah satu penggerak sosial pemberdayaan dikota malang yakni Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (PC. IMM) Malang Raya melalui perpanjangan tangannya yaitu bidang Sosial Pemberdayaan Manusia. Gerakan pemberdayaan yang berfokus pada literasi pendidikan sebagai langkah tanggung jawab serta menjadi pioner pergerakan sosial pemberdayaan tiada lain untuk mewujudkan tatanan sosial kemasyarakatan yang baik dan ideal melalui aspek pendidikan. Gerakan literasi pendidikan tersebut menjadi salah satu program sosial kemasyarakatan yang dinamai dengan sebutan PUNAKAWAN. PUNAKAWAN akronim dari pendidikan untuk anak agar berwawasan, pendidikan yang dimaksud adalah jalur pendidikan non formal untuk anak sedangkan wawasan yang dimaksud adalah wawasan peningkatan skills dan wawasan moralitas. Punakawan merupakan salah satu bentuk ijtihad PC. IMM Malang Raya dalam sosial pemberdayaaan. Bentuk pengejawantahan PUNAKAWAN dimulai dengan dilaksanakanya Sekolah Pemberdayaan Masyarakat (SPAM) oleh PC. IMM Malang Raya. Sekolah Pemberdayaan Masyarakat (SPAM) merupakan sarana edukasi bagi kader IMM Malang Raya sebagai bentuk persiapan untuk menganalisis dan menyikapi permasalahan sekaligus menyusun strategi serta memberikan solusi dalam kegiatan sosial pemberdayaan masyarakat dan bertujuan untuk menyiapkan dan membentuk aktivis pemberdayaan masyarakat dalam hal membantu mengatasi permasalahan yang ada di masyarakat. Perangkat silabus dipersiapkan dengan sebaik mungkin diantaranya yang pertama memuat materi tentang Islam dan Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat dengan sub materi teologi Al-Maun dan praksis gerakan sosial pemberdayaan, trisula sosial pemberdayaan dan filantropi muhammadiyah. Kedua materi kondisi sosial masyarakat Indonesia dengan sub materi konsep individu dan masyarakat Indonesia, masyarakat dan kebudayaan serta pelapisan masyarakat Indonesia, problem sosial dan tantangan masyarakat ditengah perkembangan zaman.
Ketiga materi strategi Pemberdayaan Masyarakat dengan sub materi Proses pemberdayaan dan pembangunan masyarakat, Urgensi partisipasi dalam pemberdayaan masyarakat, Metode pendekatan partisipatif dalam pemberdayaan masyarakat, Peran fasilitator dan pemimpin dalam proses pemberdayaan masyarakat. Keempat materi Teknik pengorganisasian masyarakat dengan sub materi Perencanaan pengorganisasian masyarakat, Proses komunikasi dalam pengorganisasian masyarakat, Fungsi dan peran elit local dalam pengorganisasian masyarakat. kelima materi Teknik Analisis Sosial masyarakat dengan sub materi Macam-macam teknik analisis social, Pendekatan teknik PRA dalam pemberdayaan masyarakat, Pengembangan rencana pemberdayaan masyarakat berdasarkan hasil observasi. Keenam materi Monitoring dan evaluasi pemberdayaan masyarakat dengan sub materi Perencanaan monitoring dan evaluasi pemberdayaan masyarakat, Metode monitoring dan evaluasi pemberdayaan masyarakat, Laporan monitoring dan evaluasi pemberdayaan masyarakat. Bangunan materi yang disusun secara terstruktur diharapkan peserta menjadi lebih mudah dalam menelaah materi-materi yang diberikan sebagai langkah awal sebelum pengejewantahan praksis sosial pemberdayaan. Metode forum yang dipakai diantaranya ceramah dari pemateri-pemateri, grup diskusi dengan berbagai studi kasus dan workshop secara aplikatif langsung di lokasi pemberdayaan. Lokasi pemberdayaan dilakukan di malang selatan dan analisis sosial dilakukan ketika workshop setelah materi analisis sosial di sekolah pemberdayaan manusia (SPAM). Tidak berhenti pada tatanan wacana dan keilmuan semata namun juga adanya implementasi praksis di lingkungan masyarakat. Selain seperti yang diuraikan dalam proses praksis peserta akan dibekali dengan buku pedoman pelaksanaan pemberdayaan sebagai langkah untuk memperkuat dan mempertajam keilmuan maupun pengaplikatifan pemberdayaan kepada masyarakat. Pada akhir kegiatan sekolah pemberdayaan masyarakat nantinya terdapat Rencana Tindak Lanjut (RTL) kepada peserta, bisa secara individual maupun kelompok dengan maksud agar memiliki pandangan berupa rencana kedepanya dalam sosial pemberdayaan. RTL tersebut nanti akan ejawantahkan pada pelaksanaan PUNAKAWAN sebagai pemberdayaan literasi pendidikan di masyarakat. RTL yang akan diwadahi dalam pelaksanaan kampung PUNAKAWAN memiliki beberapa sub-fokus diantaranya yang pertama fokus pada literasi membaca, kedua fokus pada literasi menulis, ketiga fokus pada literasi Bicara dan literasi lain sebagainya yang harus sejalan dengan konsep desa PUNAKAWAN. Orientasi desa PUNAKAWAN pada mulanya memang diarahkan untuk menjawab berbagai persoalan pendidikan dimasyarakat namun yang perlu diketahui adalah lahan awal itulah yang diambil tiada lain karna faktor penyelesain persoalan secara kolektif sehingga dampak baik dari adanya hal tersebut tidak hanya di rasakan oleh sedikit orang namun merata.
Setiap elemen masyarakat pasti memerlukan aspek pendidikan selain itu pendidikan juga merupakan pondasi setiap insan guna menyosong kehidupanya yang lebih progresif. Pelaksanaan pemberdayaan ini mengajak setiap elemen masyarakat untuk lebih gencar berpartisipasi. Partisapsi berbagai elemen masyarakat mulai dari kalangan anak sebagai sasaran, partisipasi para pemuda maupun komponen masyarakat lainya bertujuan untuk memunculkan kemandirian kedepanya serta lebih memberikan kepastian atas keberlanjutan pemberdayaan kampung PUNAKAWAN akan selalu dimonitoring dan akan dievaluasi dalam waktu berkala setidaknya enam bulan sekali perjalanan pemberdayaan masyakarat agar mengetahui pengaruh pemberdayaan yang dilakukan sejauh mana mencapai keefektifan sesuai dengan tujuan di awal pelaksanaan. Metode pemberdayaan kampung PUNAKAWAN menggunakan Participatory Rural Appraisal (PRA). PRA bisa dikatakan sebagai penyempurnaan dari metode Rapid Rural Appraisal (RRA). Pada intinya menurut chambers (1996), PRA adalah pendekatan atau metode yang memungkinkan masyarakat untuk saling berbagi, meningkatkan, dan menganalisiss pengetahuan mereka tentang kondisi dan kehidupan lingkunganya serta membuat rencana dan tidakan nyata. Pendekatan utama dalam konsep pemberdayan adalah masyarakat tidak dijadikan objek dari berbagai proyek pembangunan melainkan merupakan subjek dari upaya pembangunanya sendiri. Berdasarkan konsep demikian maka harus mengikuti berberapa pendekatan diantaranya yang pertama, upaya pemberdayaan tersebut harus terarah sehingga memiliki target tertentu yang dapat dikatakan juga populernya sebagai pihakan atau keberpihakan, kedua PRA dilakukan lebih banyak melibatkan berbagai pihak “dalam” yang terdiri dari stakeholders dengan difasilitasi oleh pihak “luar” yang lebih berfungsi sebagai fasilitator dibanding sebagai guru yang menggurui, ketiga menggunakan pendekatan kelompok karena secara individual masyarakat semakin sulit untuk memecahkan berbagai permasalahan. PRA merupakan metode pendekatan untuk mempelajari kondisi dan kehidupan masyarakat. Konsepsi dasar pandangan PRA adalah pendekatan menekankan pada partisipasi masyarakat dalam keseluruhan kegiatan yang berjalan. Selain hal tersebut strategi menjadi salah satu yang harus dipahami. Strategi pemberdayaan PRA diantaraya harus mudah diterima dan dan didayagunakan oleh masyarakat sebagai pelaksana dan pengelola. Kemandirian menjadi hal yang urgensial dalam penyelenggaraan pemberdayaan. Selanjutnya yang tidak kalah urgensi yakni dapat dikelola secara terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan. sifat keterbukaan merupakan pencapaian untuk menumbuhkembangkan saling percaya dan sifat accountable untuk menunjang keterbukaan yang sudah terbangun. Kemudian memberikan dampak atau dapat mendidik masyarakat yang dilestarikan secara berkelanjutan
Setelah dapat berjalan secara berkelanjutan akan mudah diglirkan dan dikembangkan oleh masyarakat dalam lingkup yang lebih luas lagi. Sebagaimana telah diuraikan keberlanjutan akan berjalan tentu secara bertahap. Tahapanya yakni yang pertama tahap penyadaran dan tahap menuju perilaku secara sadar serta eduli sehinggan peduli sehingga merasa membutuhkan kemajuan kapasitas dan pendayagunaan. Tahapan yang tidak kalahpenting yakni tahap transformasi yang dimana tentang kemampuan berupa wawasan dan memberikan keterampilan sehingga dapat mengambil peran didalam pemberdayaan. Kemudian juga tahap peningkatakan kemampuan dan kecakapan keterampilan sehingga terbentuklah inisiatif dan kemampuan inovatif. Menelisik lebih dalam dalam pelaksanaan PRA yang pertama adalah tahap seleksi lokasi. Pada tahap seleksi lokasi mengacu pada beberapa hal sehingga terseleksinya lokasi yang tepat. Hal tersebut yaitu kesediaan masyarakat menerima kegiatan, tidak terlalu banyak proyek lain, adanya masyarakat yang memerlukan dari aspek tertentu untuk pemberdayaan, dukungan dari aparat desa serta tokoh-tokohnya dan juga lokasi diusahakan terjangkau. Penetapan tersebut sangat penting karena agar tujuan pemberdayaan sesuai dengan tujuan awal penyelanggaraan. Kedua adalah tahap sosialisasi pemberdayaan, sosialisasi ini dilakukan untuk meningkatkan pengertian masyrakat dan pihak-pihak terkait. Sosialisasi tersebut dapat dilakukan dengan momentum formal dan lebih diperkuat kembali dengan informal. Ketiga tahap proses pemberdayaan, tahap ini meliputi kajian keadaan lokasi mulai dari observasi kondisi dan wawancara. Hal ini dimaksudkan agar dapat mengidentifikasi secara eksplisit baik potensinya maupun permasalahanya.selain itu ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran mengenai aspek social dan sumber daya manusia. Selain kajian keaadaan lokasi dilanjutkan dengan pengembangan kelompok. Pengembangan kelompok dilakukan dengan tujuan untuk memfokuskan kegiatan pada masyarakat yang benar-benar memiliki antusiuitas. Dalam hal ini perlu diperhatikan keterlibatan perempuan serta yang sering terabaikan lainya. Arah pendampingamampun kelompok masyarakat secara menyeluruh sehingga dampak baiknya dapat merata. Berikutnya adalah penyusunan rencana dan pelaksanaan kegiatan, hal ini dapat berupa bagan ataupun tabel missal seperti silabus yang memuat komponen kegiatan seperti apa, tujuanya apa, indicator keberhailanya apa dan termasuk kapan pelaksanaanya.
Penyusunan ini dimaksudkan mampu untuk mengembangkan dan melaksanakan rencana kegiatan yang konkret dan realistis. Kenapa kemudian diharapkan konkret karena rencana yang lebih konkret lebih memberikan kepastian ecara spesifik sehingga lebih menjanjikan keberhasilanya serta realistis dikarenakan harus sesuai dengan kondisi fakta yang ada. Dasar penyusunan tentu juga harus melihat potensi dan masalah-masalah yang sudah teridenitfikasi dalam Kajian dan tujuan kelompok yang sudah ditentukan. Dalam penyusunan rencana dan pelaksanaan kegiatan, monitoring dan evaluasi, bukan hanya pengurus, tetapi seluruh anggota kelompok berbagai elemen yang menjadi partisipator berperan aktif. Selanjutnya adalah monitoring dan evaluasi (monev), monev dari partisipatif bukanlah suatu kegiatan khusus melainkan suatu kegiatan yang dilaksanakan focus pada pada semua tahap. Hal tersebut dilakukan untuk memastikan proses Pemberdayaan Masyarakat berjalan dengan baik dan tujuannya akan tercapai. Monev dilakukan oleh semua pihak yang terlibat dalam pemberdayaan di mana pada intinya adalah peran masyarakat sebagai pelaku utama. Monev adalah suatu proses penilaian, pengkajian dan pemantauan kegiatan pemberdayaan, baik prosesnya (pelaksanaan) maupun hasil pencapaianya dan dampaknya agar dapat disusun proses perbaikan jika diperlukan termasuk untuk pemberdayaan-pemberdayaan berikutnya. Keempat yakni tahap empat pemandirian masyarakat, Proses pemberdayaan Masyarakat sejatinya merupakan suatu proses pembelajaran terus-menerus bagi masyarakat dengan tujuan kemandirian masyarakat dalam upaya-upaya peningkatan taraf hidupnya dan yang perlu diperhatikan adalah masyarakat dari awal proses sadar bahwa hal ini akan terjadi sehingga berdampak pada paradigma mereka. Permasalahan yang sering dijumpai dalam penyelenggarakan pemberdayaan lebih menekan pada metode saja sedngkan yang sifatnya paradigma termasuk prinsip-prinsip pemberdayaanya sering dilupakan. Lantas prinsip pemberdayaan seperti apa yang efektif dipakai untuk praksis pemberdayaan dengan metode PRA. Saling belajar dari kesalahan dan berbagi pengalaman dengan masyarakat salah satu prinsip pemberdayaan. Hidup tidak menutup kemungkinan terdaat kekurang dengan paradigm saling belajar itulah optimism pergerakan dapat terbangun dengan baik. Menghargai perbedaan dan kesetaraan semua elemen juga merupakan salah satu prinsip yang harus dipegang teguh. Ibarat pepatah sama rendah sama tinggi akan memunculkan rasa percaya diri disetiap anggota pemberdayaan. Atsmosfer sopan santun juga akan selalu hidup dengan sama keberadannya.
Masyarakat bukanlah kumpulan orang yang homogen, namun terdiri dari berbagai individu yang memiliki masalah dan kepentingan sendiri. Oleh karenanya keterlibatan semua golongan masyarakat adalah sangat penting. Golongan yang paling diperhatikan justru yang paling sedikit memiliki akses dalam kehidupan sosial komunitasnya (miskin, perempuan,anak-anak, dll). Masyarakat heterogen memiliki pandangan pribadi dan golongan yang berbeda. Oleh karenanya semangat untuk saling menghargai perbedaan tersebut adalah penting artinya yang terpenting adalah pengorganisasian masalah dan penyusunan prioritas penyelesaian masalah yang akan diputuskan sendiri oleh masyaraka. PRA dilaksanakan dalam suasana yang terbuka, tidak memaksa, dan informal. Situasi santai tersebut akan mendorong tumbuhnya hubungan keakraban oleh karena itu orang luar akan berproses masuk sebagai anggota bukan sebagai tamu asing yang harus disambut secara resmi sehingga dengan demikian suasana kekeluargaan akan dapat mendorong kegiatan PRA berjalan dengan baik untuk mencapai tujanya. Bagian yang tidak kalah penting ykni prinsip pihak luar sebagai fasilitator, masyarakat sebagai pelaku namun konsekuensi dari prinsip ini adalah peran pihak luar hanya sebagai fasilitator, bukan sebagai pelaku, guru, maupun lain sebagainya. Perlu diketahui pula sikap rendah hati untuk belajar dari masyarakat dan menempatkannya sebagai narasumber utama harus tetap terpelihara dengan baik. Bahkan dalam penerapannya, masyarakat harus diusahakan untuk mendominasi kegiatan yang berjalan. Secara ideal sebaiknya penentuan dan penggunaan teknik dan materi hendaknya dikaji bersama, dan seharusnya banyak ditentukan oleh masyarakat sebbagai bentuk keberpihakan atas kepentingan masyarakat. kemudian prinsip yang terakhir menurut penulis adalah Optimalisasi hasil, orientasi praktis, dan keberlanjutan program. prinsip itu juga menjadi tidak kalah penting karena bersifat keefektifan dari pelaksanaan pemberdayaan. Dalam pengotimalan pelaksanaan PRA memerlukan narasumber, waktu, pelaksana yang terampil dan partisipasi masyarakat yang semuanya. Optimalisasi hasil dengan pilihan yang menguntungkan mutlak harus dipertimbangkan, oleh karenanya kuantitas dan akurasi informasi sangat diperlukan agar jangan sampai kegiatan yang berskala besar namun perangkat dan biaya yang tersedia tidak memadai. Orientasi PRA adalah pemecahan masalah dan pengembangan program sehingga dibutuhkan penggalian informasi yang tepat agar perkiraan yang tepat mampu di implementasikan untuk menjawab berbagai permasalahan tertentu atau lebih baik. Masalah dan kepentingan masyarakat selalu berkembang dan mengalami pembaharuan sesuai dengan perkembangan masyarakat itu sendiri. Karenanya, pengenalan masyarakat bukan usaha yang sekali jalan kemudian sudah selesai, namun merupakan usaha yang berkelanjutan. Bagaimanapun pula program yang dikembangkan diharapkan dapat dipenuhi dari prinsip dasar PRA yang digerakkan dari potensi masyarakat.
Dengan demikian atas yang telah diuraikan, kemajuan masyarakat adalah bagian dari pada tanggung jawab segenap elemen bangsa. Masyarakat yg baik dan tertata merupakah salah satu cita-cita setiap bangsa tidak terkecuali bangsa Indonesia. Pengintregasia pendekatan2-pendekatan metodologi pemberdayaan untuk mengkonstruk kondisi sosial. Berbagai motodologi dilakukan demi mewujudkan paradigm yang tepat sehingga edepanya melhirkan generasi-generasi yang tertata guna menyosong Indonesia yang berkemajuan. Dalam aspek pengimplementasianya metateori tidak ditelan mentah-mentah sehingga tetap di lihat dengan sesuai atau tidaknya ketika diterapkan. Begitu pula dengan setiap procedural mulai dari awal sampai akhir tetap harus memiliki keterhubungan dengan varian posivistik maupun idealistikpemberdayaan menjadi lahan yang efektif untuk memberikan pengaruh perubahan yang signifikan kenapa begitu, karena memang lebih menitik beratkan pada penyelesainya masalah secara kolektif atau bisa dimaknai sebagai suatu solusi yang berdampak tidak keh hanya satu atau dua orang semata melainkan kepada masyarakat dalam makna yang lebih luas. Spirit kemanusian dan kesosialan memasuki ruang dimensi yang lebih strukturasi sebut saja misalnya dari prospek pemerintah dengan berbagai badan-badanya pemerintahan selain itu jika pada unit penggera misalnya terdapat LSM maupun organisasi kepemudan serta organisasi kemasyarakatan yang ada di Indonesia. Pemberdayaan harus terus diorbitkan sebagai langkah kemajuan social dalam menyosong perdaban yang berkemajuan. Bangsa yang besar merupakah bangsa yang memiliki tatanan social yang bakik dengan begitu kesejahteraan secara kemanusiaan dan kesosialan akan tercipta seefektif mungkin dalam perdaban umat manusia.